Hubungan Ekonomi Indonesia dengan Benua Eropa
Saat ini negara indonesia telah menjalin hubungan dengan banyak negara-negara di dunia. Salah satunya adalah dengan negara-negara di Benua Eropa. Sejak dahulu telah diketahui bahwa Indonesia dengan eropa memiliki keterkaitan yang cukup erat. Dimulai dengan adanya penjelajahan samudra pada abad pertengahan hubungan awal eropa dengan dunia timur termasuk Indonesia atau lebih tepatnya Nusantara sudah dimulai.
Hubungan awal ini lebih banyak menekankan pada aspek ekonomi, yakni mengenai perdagangan rempah- rempah. Hal ini dikarenakan pada masa itu komoditas rempah-rempah sangat tinggi nilai jualnya di Eropa, sedangkan di Nusantara jumlahnya sangat melimpah, sehingga orang-orang Eropa mulai mencari jalan dan berdatangan ke Nusantara.
Hubungan Internasional Indonesia dengan Uni Eropa dalam Bidang Perdagangan
Banyaknya sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) menjadikan salah satu kekuatan negara Indonesia. Salah satu contohnya adalah sektor perkayuan dan hasil hutan Indonesia yang cukup bersaing dan memiliki keunggulan, sebab pohon-pohon yang ditanam di Indonesia hanya membutuhkan waktu 5-8 tahun untuk dapat ditebang, berbeda dengan pepohonan industri di Eropa yang memerlukan waktu tumbuh lebih lama yaitu sekitar 11-13 tahun.
Hal ini pulalah yang menjadikan Indonesia cukup atraktrif bagi hadirnya investasi asing. Uni Eropa adalah salah satu tujuan utama produk ekspor Indonesia. Porsi ekspor non bahan bakar dan non mineral UE ke Indonesia dari keseluruhan ekspor UE selalu berkisar antara tujuh sampai dengan delapan persen pada sepanjang tahun 2008 sampai dengan 2012.
Meskipun penetrasi pasar dari barang produksi Indonesia dalam keranjang impor UE masih bernilai kecil, yaitu sebesar 0,45 persen, tetapi penetrasi itu menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat potensi besar yang belum dimanfaatkan untuk produk Indonesia di pasar UE, meskipun angka ekspor sebelumnya juga menunjukkan bahwa status penting pasar UE bagi Indonesia telah sedikit menurun (Damuri R. Y dkk, 2015).
Perekonomian Indonesia dan Eropa berada pada dua tingkat perkembangan ekonomi dan teknologi yang berbeda. Oleh karena itu, perdagangan antara Indonesia dan UE seharusnya bersifat saling melengkapi. Ekspor dari Indonesia melengkapi permintaan dari UE, terutama dalam sektor kayu dan produk kayu, perikanan, tekstil dan produk sayuran.
Kebudayaan Indonesia kaya akan seni dan kerajinan, dan oleh karena itu, Indonesia berpotensi mengembangkan komoditas yang bernilai tambah di sektor mebel dan pertukangan kayu dengan permintaan yang tinggi di UE. Sementara itu, UE memiliki keunggulan dalam mengekspor produk transportasi, mesin dan produk listrik berteknologi tinggi ke Indonesia (Damuri R. Y dkk, 2015).
Hingga tahun 2012, sekitar 66 persen impor barang modal Indonesia terdapat di semua sektor, kecuali transportasi dan alat transportasi. Sektor mesin dan listrik mencakup 88 persen dari barang modal tersebut – 73 persen berupa reaktor nuklir, boiler, mesin dan peralatan mekanik serta komputer, 15 persen berupa suku cadang mesin dan peralatan listrik, peralatan telekomunikasi, perekam TV dan perekam suara, dan 10 persen berupa instrumen dan aksesoris optik, fotografi, sinematografi, pengukuran, presisi, medis atau pembedahan.
Selama periode tersebut, ekspor barang konsumsi dari Indonesia ke Eropa selalu didominasi oleh produk semi-tahan lama, yang mencakup hingga 65 persen dari ekspor barang konsumsi Indonesia di tahun 2012. Pada tahun yang sama, sekitar 52 persen ekspor Indonesia ke UE berasal dari kategori HS 64 (alas kaki, gaiter dan sejenisnya), sementara sekitar 32 persen berasal dari kategori HS 61 dan 62 (pakaian jadi dan pakaian).
0 comments:
Posting Komentar