Beradasarkan prasasti-prasasti yang dikeluarkan Mpu Sindok, Dharma Teguh dan Airlangga beserta peninggalan arkeologinya.
Dari wangsa seperti wangsa sanjaya dan wangsa sailendra. Ditemukan kembali wangsa yang berbeda yaitu wangsa Isana. Istilah wangsa Isana ini juga ditemukan dalam prasasti Pucangan, di bagian yang berbahasa Sansekerta. Prasasti pucangan ini di keluarkan oleh raja Airlangga pada tahun 963 Saka (1041 M).
Bagian yang berbahasa Sansekerta tersebut itu mulai dari penghormataan kepada Brahma, Wisnu dan Siwa yang disusul oleh penghormatan kepada raja Airlaangga. Dalam silsilah keluarga Airlangga bahwa termuat salah satu tokoh yang sangat terkenal, beliau adalah Pu Sendok atau raja Sri Isanatungga. Sri Isanatungga memiliki salah satu anak perempuan, anaknya tersebut bernama Sri Isanatunggawijaya, yang menikah dengan Sri Lokapala, dan mempunyai anak bernama Sri Makutawangsawarddhana.
Hal tersebut dalam bait ke-9 sengaja disebut keturunan wangsa Isana. Seperti yang dapat dilihat dari silsilah tersebut maka pendiri wanga ini adalah Pu Sindok Sri Isanawikramma Dharmmotunggadewa.
Baca Juga : Kerajaan Mataram : Kerajaan Mataram Pertama Kali Melakukan Ekpansi Kekuasaan ke Wilayah Jatim Bahkan Sampai Bali
Namun pada saat Pu Sindok yang membangun wangsa yaitu Isana dan dalam naik-naiknya wangsa tersebut di Mataram. Namun hal tersebut tidak berlangsung sangat lama karena di Jawa Tengah terjadi Erupsi Gunung sehingga membuat wilayah yang berada di Mataram tepatnya di Jawa Tengah harus melakukan perpindahan kekuasaan.
Banyak sebagian yang mengatakan bahwa ataupun anggaapan anggapan para pujangga hal itu dianggap sebagai pralaya (kehancuran dunia pada akhir masa Kaliyuga), sesuai dengan landasan kosmogonis kerajaan-kerajaan kuno haruslah dibangun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Oleh karena itu, Pu Sindok, yang membangun kembali kerajaan di Jawa Timur, dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana.
Dari pernyataan diatas bahwa pada mulanya Pu Sendok sudah mendirikan cikal bakal wangsa Isana di Jawa Tengah, karena adanya musibah yaitu gunung merapi maka Pu Sendok selain juga pidah ke Jawa Timur disana beliau juga mendirikan atau cikal bakal wangsa baru yaitu wangsa Isana.
Kerajaan yang baru itu tetap bernama Mataram, sebagaimana tertera dari prasasti Paradah tahun 865 saka (937 M). Ibu kotanya yang pertama adalah Tamwlang. Nama ini terdapat pada akhir prasasti Turyyan tahun 851 Saka (929 M). letak Tamwlang, yang hingga kini hanya ditemui di dalam prasasti Turyyan itu saja, mungkin didekat Jombang sekarang, di sana masih ada desa Tembelang.
Pu Sindok sekurang-kurangnya memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M. Dari masa pemerintahannya didapatkan sekitar 20 prasasti yang sebagian besar tertulis di atas batu. Sebagian besar prasasti yang berhubungan dengan Pu Sindok berkenaan dengan penetapan sima yaitu bagi suatu bangunan suci, kebanyakan atas permintaan pejabat atau rakyat suatu desa. Yang ditetapkan sebagai sima adalah Desa Linggasutan dan sawah kakatikan.
Dalam dasawarsa terakhir dari abad X M, muncul beberapa keterangan sejarah. Pertama dapat disebut kitab wirataparwwa. Terdapat angka tahun, yang mungkin sekali menunjukan waktu ditulisnya kitab tersebut, yaitu tahun 918 saka (996 M). Ada juga disebut nama raja yang memerintah pada waktu itu, yaitu Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama. Nama tersebut disebutkan pula didalam prasasti raja Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu dari dukuh sirahketing, Desa Dedingin, Kab. Ponorogo dari tahun 1126 Saka (1204 M).
Hubungan Internasional : Sejarah Singkat Uni Eropa dan Pengertian Hubungan Internasional
Didalam prasasti ini Sri Jayawarsa menyebut dirinya cucu anak sang Apanji Wijayamertawarddhana, yang kemudian bergelar abhisheka sebagai raja Sru Isana Dharmmawangsa Teguh
Anantawikramotunggadewa. Jelas bahwa memang ada raja yang bernama Sri Isana Dharmmawangsa Teguh Anantawikamottunggadewa, yang berdasarkan kitab Wirataparwa memerintah dalam dasawarsa terakhir abad X M.
Untuk peninggalan Arkeologinya pada masa pu Sindok dan Dharmmawangsa hanya sedikit dan masih diragukan kebenarannya bahwa bangunan itu peninggalan dari masa Mataram Jawa Timur. Namun pada masa Airlangga, terdapat satu tempat yang merupakan peninggalan arkeologis yang juga mengidentifikasi lokasi kerajaan Mataram Jawa Timur.
Prasasti Kamalagyan, menyebutkan bahwa Airlangga membangun sebuah bendungan bernama Waringin Sapta. Dalam prasasti tersebut juga disebutkan jika warga desa Kamalagyan mendapat pengurangan biaya pajak yang harus diserahkan ke pihak kerajaan Mataram.
0 comments:
Posting Komentar