Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata “Santri” dan diawali dengan “pe” dan diakhiri dengan “an”. Ini berarti asrama tempat siswa tinggal dan belajar Al-Qur'an (Dhofier, 2011). Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang memahami, mengevaluasi, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya akhlak Islami sebagai pedoman kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pesantren sendiri menurut pemahaman dasarnya adalah tempat belajar bagi santri. Cottage berarti rumah yang terbuat dari bambu atau tempat tinggal sederhana. Kata "pondok" kadang-kadang berasal dari kata Arab "funduq" yang berarti hotel atau asrama. Pesantren sebagai “bapak” pendidikan Islam di Indonesia didirikan untuk memenuhi kebutuhan dan kebutuhan zaman. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perjalanan sejarahnya, Pesantren sebenarnya lahir dari pengakuan kewajiban Islam. Yakni, penyebarluasan dan pengembangan ajaran Islam, serta pembentukan ulama dan pengurus Da'i.
Pada masa penjajahan Belanda, sekitar abad ke-18, nama Pesantren sangat penting sebagai lembaga pendidikan populer, khususnya dalam bidang penyiaran agama Islam. Pada masa penjajahan ini, pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang antusias dan ulet dalam perkembangan agama dan berkat semangat keislaman, memobilisasi para eksekutif yang menentang kolonialisme.
Kelahiran Pesantren baru selalu diawali dengan kisah perang nilai antara Pesantren yang ada dengan masyarakat sekitar, dengan kemenangan Pesantren agar dapat diterima dan selanjutnya dihayati di masyarakat. masyarakat sekitar dalam bidang kehidupan moral. Meskipun keberadaan pesantren dengan jumlah santri dan santri yang banyak dari berbagai komunitas lain yang jauh, ada semacam kontak budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar. Dari sudut pandang budaya, ulama Islam berusaha untuk melindungi tradisi dan ajaran Islam dari pengaruh budaya Barat. Apa pun yang berbau Barat, termasuk sistem pendidikan, secara apriori ditolak oleh mereka (Arifin, 2003).
Kehadiran pesantren di tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai penyiar agama dan sosiologis. Karena sifatnya yang fleksibel sejak awal, Pesantren telah mampu beradaptasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada masa kolonial, pesantren mendapat tekanan dari pemerintah kolonial Belanda, namun sebagian besar pesantren berada di daerah pedesaan, namun tetap bertahan dan bertahan. Ia tetap berperan dalam mencerdaskan dan mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Ada orang-orang dalam perjuangan nasional yang lahir dari banyak eksekutif nasional dan petani. Bahkan pada masa perjuangan kemerdekaan, banyak pejuang dan pahlawan kemerdekaan yang berasal dari pesantren. Memang, pesantren berkembang sangat pesat. Pada zaman Belanda saja, jumlah pondok pesantren di Indonesia tercatat sebanyak 20.000 unit, besar maupun kecil.
Perkembangan selanjutnya naik turun, dan ada daerah-daerah tertentu yang membuka pesantren-pesantren baru. Di daerah lain, beberapa pesantren dibubarkan karena pemeliharaan yang buruk. Namun perkembangan dunia pesantren akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Menurut (Hasbullah, 1996), selain yang mempertahankan sistem tradisional, beberapa pesantren memiliki sistem madrasah, sekolah umum, pertanian, peternakan, pertukangan, teknik, dll. Bahkan ada beberapa fasilitas pelatihan kejuruan di dalamnya.
0 comments:
Posting Komentar