Jika mempelajari filsafat ilmu, kita pasti menjumpai istilah “Epistemologi”. Yang merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Dan karena Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas dan metode, dan kesahihan pengetahuan. sehingga dalam kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sumber-sumber epistemologi.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunianya.
Pengertian Epistemologi Dalam Filsafat
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar- dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah “theory of knowledge”. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Webster Third New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai “The Study of method and ground of knowledge, especially with reference to its limits and validity”. Paul Edwards, dalam The Encyclopedia of Philosophy, menjelaskan bahwa epistemologi adalah “the theory of knowledge.” Epistemologi merupakan “the branch of philosophy which concerned with the nature and scope of knowledge, its presuppositions and basis, and the general reliability of claims to knowledge”.
Aliran Epistemologi Filsafat Science Modern
1. Empirisme
Secara radikal empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dengan menggunakan indra ilmiah. Thomas Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan bahwa empiris (pengalaman) adalah awal dari segala pengetahuan. Karena itu semua diturunkan dari pengalaman. Tokoh empiris lain adalah John Locke. Ia terkenal dengan teori Tabula Rasanya. Menurut Locke, rasio manusia pada mulanya sebagai lembaran kertas putih (as white paper). Apa yang kemudian mengisinya, seluruhnya berasal dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah (sensation) maupun pengalaman batiniah (reflection).
George Barkeley adalah tokoh lain empiris yang mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisisme. Menurutnya sama sekali tidak ada substansi yang bersifat material. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati, atau dengan kata lain, yang ada hanyalah pengalaman dalam jiwa saja (being is being perceived). David Hume tidak menerima konsep mengenai substansi, sebab menurutnya, apa yang dialami manusia hanyalah kesan-kesan tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama.
2. Rasionalisme
Penganut rasionalisme berpandangan bahwa ia dapat dicapai dengan menggunakan akal budi (intellect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif yang dapat dipahami secara rasioanal dengan ukuran kebenaran adalah konsistensi logis. Penganut rasionalisme meyakini bahwa metode rasional yang dedukatif, rasional, matematis dan inferensial dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan.
3. Kritisisme
Kritisisme adalah suatu aliran filsafat, yang dalam epistemologi berupaya menunjukkan jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam ekstrimitas empirisme dan rasionalisme. Menurut Kant, memang benar bahwa kita punya pengalaman inderawi, tapi sama benarnya juga bahwa kita mempunyai pengetahuan yang menghubungkan hal-hal, yang untuk mencapainya, kita harus keluar menembus pengalaman. Bagi Kant, pengetahuan manusia pada dasarnya terjadi alas unsur-unsur aposteriori (sesudah pengalaman) dan apriori (mendahului pengalaman).
0 comments:
Posting Komentar