● Dalam usaha pemuliaan tanaman,
salah satu penentu keberhasilan dari program pemuliaan tanaman ialah adanya keragaman genetik yang tinggi. Keragaman genetik yang tinggi akan mempermudah dalam proses seleksi individu tanaman. Cara mendapatkan atau meningkatkan keragaman genetik tersebut salah satunya dengan hibridisasi. Hibridisasi merupakan persilangan buatan yang dilakukan antar tanaman dalam satu spesies, antar speises dalam satu genus, antar genus atau kerabat liarnya yang berbeda susunan genetik. Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Berikut beberapa karakteristik yang dapat dijadikan acuan untuk menduga tipe penyerbukan tanaman.
1. Tanaman menyerbuk sendiri, ciri:
a. Bunga tidak membuka (Cleistogamy)
b. Waktu anthesis dan reseptif bersamaan atau berdekatan
c. Butir polen luruh sebelum bunga mekar (contohnya pada: tomat, cabai)
d. Stamen dan pistil ditutupi oleh bagian bunga walaupun bunga telah mekar
e. Pistil memanjang segera setelah polen masak
2. Tanaman menyerbuk silang, ciri:
a. Secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu
b. Waktu anthesis dan reseptif berbeda
c. Inkompabilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin
d. Adanya bunga monoecious dan dioecious
● Tanaman Monoceous
Seperti yang dijelaskan pada gambar. Tanaman monoecious merupakan tanaman yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman. Tanaman dioecious adalah tanaman yang hanya memiliki satu jenis alat kelamin (putik atau benang sari) pada satu tanaman. Sehingga dari pengertiannya sudah dapat diketahui bahwa untuk tanaman monoecious kemungkinan besar mengalami penyerbukan sendiri, dikarenakan sesuai dengan alasan tanaman melakukan penyerbukan sendiri yaitu memiliki bunga lengkap pada satu bunga. Namun tidak menutup kemungkinan tanaman monoecious melakukan penyerbukan silang.
Penyerbukan silang yang dilakukan oleh tanaman monoecious dipengaruhi oleh spesies, varietas dan lingkungan. Faktor spesies dan varietas, kedua faktor ini sangat penting dan juga berpengaruh, hal ini dikarenakan perbedaan spesies ataupun varietas juga mempengaruhi syarat-syarat perkembangbiakan, ukuran serbuksari dan juga putik dan lain sebagainya. Selain itu faktor lingkungan juga sangat berpengaruh, hal ini dikarenakan penyerbukan secara alami dipengaruhi oleh lingkungan, baik angin, atau serangga. Tanaman yang biasanya melakukan penyerbukan sendiri lalu dibantu dengan lingkungan yang mendukung, maka hasilnya akan lebih maksimal. Persentase besarnya penyerbukan silang maupun besarnya persentase penyerbukan sendiri dapat diketahui melalui percobaan-percobaan. Percobaan dilakukan secara berulang dengan memanfaatkan faktor eksternal (seperti angin, serangga)
Penyerbukan sendiri yang dilakukan oleh tanaman akan dapat meningkatkan proporsi individu homozigot dan akan mengurangi jumlah individu heterozigot. Hal tersebut terjadi karena individu tanaman tersebut secara berulang akan mengalami penyerbukan sendiri atau dengan kata lain susunan genetik akan tetap berulang sama yang berasal dari satu tanaman tersebut dan tidak ada tambahan susunan genetik yang berbeda dari tanaman lain. Sehingga dimungkinkan untuk menambah proporsi jumlah individu homozigot-nya.
● Pembentukan keragaman genetik
Pembentukan keragaman genetik dapat dilakukan dengan bantuan bioteknologi. Pemuliaan tanaman secara bioteknologi merupakan alternative baru sebuah teknologi untuk mencapai tujuan pemuliaan tanaman. Salah satu peran bioteknologi dalam pemuliaan tanaman ialah kultur embrio/embryo rescue. Teknologi ini dimanfaatkan untuk menyelamatkan embrio hasil persilangan buatan yang seringkali gagal, agar dapat bertahan dan menjadi tanaman baru.
Selain itu, penggunaan teknologi kultur jaringan pada program pemuliaan tanaman diutamakan menggunakan biji. Terutama biji dari hasil persilangan. Hal tersebut dikarenakan tujuannya yaitu untuk meningkatkan keragaman genetik, seperti induksi variasi somaklonal, induksi mutasi.
● Bunga papaya dikatakan tidak stabil
Bunga papaya dikatakan tidak stabil, karena gen yang memunculkan suatu kelamin bunga dipengaruhi oleh lingkungan, seperti suhu dan ketersediaan unsur hara. Seperti contohnya bunga hermaprodit bisa menjadi jantan atau betina, begitupun sebaliknya
Baca lebih lengkap pada link berikut:
● apomiksis
Pada perbanyakan tanaman secara aseksual (vegetatif) salah satunya ialah apomiksis. Perbanyakan secara apomiksis merupakan perbanyakan dengan menggunakan biji yang berasal dari sel telur yang tidak mengalami reduksi atau dengan kata lain tidak mengalami peleburan antara sel kelamin betina dengan sel kelamin jantan. Apomiksis sendiri terbagi menjadi 3 yaitu, diplospory, apospory, dan adventitious embriony.
1. Diplospory merupakan peristiwa berkembangnya embrio dan endosperm dari kantung embrio yang tidak tereduksi (dari sel induk megaspore). Sel induk megaspore terdiferensiasi seperti pada ovul, tetapi intinya tidak mengalami meiosis. Umumnya terjadi pada speises “Crop”
2. Apospory merupakan peristiwa berkembangnya embrio dan endosperm yang berasal dari kantung embrio yang tidak terreduksi (dari sel somatic). Sel induk megaspore tidak membelah secara sempurna membentuk tetrad megaspore linier. Umumnya terjadi pada spesies rumput-rumputan
3. Pada adventitious embriony, embrio berkembang dari kantung embrio dalam sel sel somatic dari ovul, integumen atau dari dinding ovary. Merupakan mekanisme dari apomiksis pada Citrus
● Perbedaan antara tanaman membiak vegetatif obligat dengan vegetatif fakultatif
Perbedaan antara tanaman membiak vegetatif obligat dengan vegetatif fakultatif ialah pada terjadi atau tidaknya peleburan sel jantan dengan sel betina. Pada tanaman vegetatif obligat hanya memperbanyak diri secara aseksual karena organ seksualnya tidak berfungsi atau lengkap (Jika terbentuk biji, maka biji tersebut mengandung embrio yang bukan berasal dari peleburan sel jantan dengan sel betina). Contohnya pada manggis, jeruk .
Sedangkan tanaman membiak vegetatif fakultatif merupakan tanaman yang masih dapat membiak secara generative (terjadi peleburan sel jantan dan sel betina), namun lebih baik jika dibiakkan secara vegetatif. Hal tersebut karena pada tanaman membiak vegetatif fakultatif memakan waktu cukup lama untuk proses pembiakan secara generative-nya. Selain itu akibat adanya ketidakserasian sendiri menyebabkan pembiakan secara generative tidak mudah untuk dilakukan
● Pusat penyebaran genetik tanaman
Pusat penyebaran genetik tanaman berdasarkan (Zeven and Zhukovxky, 1975; dan Zeven and De Wet, 1982) terbagi atas 12 daerah (disebutkan dalam materi PPT). Salah satu syarat suatu daerah dilabelkan menjadi pusat keragaman genetik apabila negara tersebut kaya akan keragaman spesiesnya dibandingkan di negara lain. Misalnya gandum memiliki 4 spesies di Afrika, sedangkan di Indonesia hanya ditemukan 1 jenis gandum yaitu T. aestivum saja. Oleh karena itu, pusat keanekaragaman genetik suatu tanaman di suatu negara dapat tergantikan apabila peneliti telah menemukan dan berhasil mengindentifikasi jenis yang baru di suatu negara. Misalnya, di Indonesia ditemukan 5 spesies gandum terbaru, maka Indonesia yang akan menjadi pusat keragaman genetik gandum, menggeser posisi Afrika. Jika terjadi suatu bencana alam seperti kebakaran atau lainnya, kemungkinan besar ketersediaan tanaman pada daerah pusat keragaman tersebut masih tetap ada namun jumlahnya yang berkurang. Karena sudah di koleksi terlebih dahulu sebelumnya
0 comments:
Posting Komentar