Adaptasi masyarakat petani terhadap kemajuan teknologi dalam menghadapi krisis iklim
Didalam dunia pertanian iklim bisa saja menjadi suatu yang sangat diharapkan oleh masyarakat petani terlebih lagi dengan perubahan iklim yang ada, namun ada juga yang menjadikan iklim sebagai momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat petani seperti jika terjadi krisis iklim. Dilansir dalam Jurnal Geografi bahwa ada 3 fakrot penting yang menjadi perubahan iklim di Indonesia yang pertama kedudukan matahari yang berubah ubah, yang kedua adanya wilayah indonesia yang memiliki banyak pulau pulau hal ini menyebabkan iklim di Indonesia umumnya bersifat menengah atau moderat, dan yang ketiga dibeberapa wilayah indonesia terdapat banyak gunung gunung dimana gunung yang tinggi baik secara vertikal maupun horizontal menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang jelas walaupun tempatnya tida berjauhan (Julismin, 2013).
Bagi sektor pertanian sendiri perubahan iklim akan sangat berpengaruh. Pada tahun 2011 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang langsung berada dibawah kementrian pertanian memaparkan bahwa perubahan iklim menjadi suatu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan potensi yang akan datang bagi keberlangsungan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Pengaruh perubahan iklim perubah iklim terhadap sektor pertanian bersifat multidimentional, dimuali dari sumberdaya , infrastruktur pertanian dan sistem produksi pertanian.
Dengan perubahan iklim secara ektrim ini perlu dilakukan adaptasi dan pembiasaan diri oleh petani, dengan demikian harus dilakukan beberapa cara yang relevan oleh petani dalam menghadapai krisis iklim ini. Kegagalan panen , penurunan IP yang nantinya akan berujung terhadap penurunan produktivitas dan produksi , kerusakan sumberdaya lahan pertanian, peningkatan frekuensi luas/ kekeringan, peningkatan intensitas gangguan OPT serta peningkatan kelembapan menjadi dampak yang harus dihadapi oleh para masyrakat petani (Surmaini et al., (2015). oleh karena itu adaptasi yang bisa dilakukan masyarakat petani adalah melakukan pembuatan parit maupun sedinet untuk mencergah tanaman dari rendaman air dan banyak lainnya.
Surmaini et al., (2015) menyatakan perlu dilakukan penelitian dan pengkajian yang komprehensif dan terpadu terhadap dampak perubahan iklim, serta strategi antisipasi dan teknologi adaptasinya. Tulisan ini memaparkan secara garis besar posisi sektor pertanian dalam perubahan iklim, baik sebagai emitter, sink (rosot) maupun sektor yang rentan terhadap dampak perubahan iklim (victim).
Telah banyak sekali pengembangan yang telah dilakukan oleh para peneliti untuk memberikan solusi yang efektif dalam menghadapi perubahan iklim terlebih dengan krisis iklim, banyak sudah dikembangkan berbagai macam teknologi untuk menghadapinya, namun hal ini tidaklah mudah untuk masyarakat petani menerimanya karena tradisi turun temurun yang masih dipakai dan adaptasi teknologi yang masih sulit sehingga teknologi ini tidak langsung bisa diluncurkan ke petani petani pedalaman (Sukartini et al., 2013). Salah satu teknologi yang dikeluarkan para peneliti adalah Teknologi mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari lahan pertanian melalui penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan.
Teknologi adaptasi yang dapat diterapkan meliputi penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air. Aqil et al., (2013) juga menyatakan Penggunaan teknologi berbasis marka molekuler akan memudahkan kegiatan eksplorasi plasmanutfah potensial (jarak genetik >0,8) dan dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. Sejumlah calon varietas telah didapatkan dengan berbagai keunggulan diantaranya umur ultra genja (14 ton untuk menunjang penyediaan benih di wilayah terkena dampak perubahan iklim
DAFTAR PUSTAKA
Aqil, M., Bunyamin, Z., & Andayani, N. N. (2013). Inovasi teknologi adaptasi tanaman jagung terhadap perubahan iklim. In Dalam: Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian (pp. 39-48).
Julismin, J.(2013). Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia. JURNAL GEOGRAFI Universitas Negeri Medan, 5(1), 39-46.
Pertanian, B. (2011). Pedoman umum adaptasi perubahan iklim sektor pertanian. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Sukartini, N. M., & Solihin, A. (2013). Respon petani terhadap perkembangan teknologi dan perubahan iklim: studi kasus Subak di Desa Gadungan, Tabanan, Bali. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan.
Surmaini, E., Runtunuwu, E., & Las, I. (2015). Upaya sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1), 2011
0 comments:
Posting Komentar